KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanya milik Allah
SWT, Karena berkat rahmat, karunia serta hidayah-Nya Penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Nutrisi Parenteral”.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata Gizi dan Diet. Makalah ini tidak
mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang ikhlas bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu Penulis. Maka pada kesempatan ini Penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yustina Purwaningsih,SST
Penulis
menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
Makalah ini.
Semoga
Makalah ini dapat berguna bagi Penulis, pihak-pihak yang telah membantu dan
kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya.
Amiin..
Ponorogo, 17 Mei 2015
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar isi
..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang..........................................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................................
C. Rumusan
Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Nutrisi Parenteral........................................................................................
B.
Dasar Pemberian......................................................................................................
C.
Cara Pemberian Nutrisi Parenteral..........................................................................
D.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
Selama Pemberian...........................................
E.
Jenis-Jenis Nutrisi
Parenteral..................................................................................
F.
Tujuan Pemberian Nutrisi
Pareneral........................................................................
G.
Indikasi Nutrisi
Parenteral........................................................................................
H.
Konsep Yang Perlu Disamakan
Mengenai Nutrisi Parenteral.................................
I.
Contoh Sediaan .......................................................................................................
J.
Metode Pemberian Nutrisi
Parenteral......................................................................
K.
Rekomendasi Jadwal Pemantauan
Pasien Yang Mendapat Nutrisi Parenteral........
L.
Penghentian Nutrisi
Parentral..................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................
Daftar
pustaka....................................................................................................................
|
1
2
3
3
3
4
4
5
5
6
9
10
10
11
14
14
15
16
17
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Nutrisi
adalah proses dimana tubuh manusi menggunakan makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).Status nutrisi normal
menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan
nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang
tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem
tubuh (Suastika,1992).
Nutrisi
Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat
yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah
Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh
darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan
proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005;
Shike 1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).
Pemberian
nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan untuk
penyebab penyakitnya.Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang
peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral.
Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan
penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa
komplikasi.
B. TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian dari nutrisi parenteral
2. Mengetahui
indikasi nutrisi parenteral
3. Mengetahui
hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi parenteral
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
itu nutrisi parenteral?
2. Apakah
indikasi pemberian nutrisi parenteral?
3. Apa
sajakah hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nutrisi parenteral?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
NUTRISI PARENTERAL
Nutrisi adalah
ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi,
membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh
manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara
asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam
menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Nutrisi
Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat
yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah
Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh
darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan
proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005;
Shike 1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).
B.
DASAR PEMBERIAN
Pemberian
nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisi-kondisi
klinis sebagai berikut :
a.
Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi
radiasi dan kemoterapi.
b.
Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi
berat.
c.
Pankreatitis akut ringan.
d.
Kolitis akut.
e.
AIDS.
f.
Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
g.
Luka bakar.
h.
Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage
illness)
C. CARA PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
Berdasarkan
cara pemberian nutrisi parenteral dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Nutrisi parenteral sentral ( untuk nutrisi parenteral
total ) :
Merupakan pemberian
nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi sepenuhannya melalui cairan
infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak dapat digunakan. Cairan
yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti
Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan
cairan yang mengandung lemak seperti intralipid
2.
Nutrisi parenteral perifer ( untuk nutrisi Parenteral
Parsial )
Merupakan
pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan
nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang
biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
D.
HAL
YANG HARUS DIPERHATIKAN SELAMA PEMBERIAN
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari
ke III pasca-bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka
pemberian paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat
dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada
penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan
sebagai berikut:
24 jam pasca-bedah/trauma
gagal napas
shock
demam tinggi
brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh
karena pemberian melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena
dalam lebih besar. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan
sebagai sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak
ada dekstrose, sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber
kalori lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya
terbagi sama banyak dalam hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori
1200 maka perhitungannya sebagai berikut:
600
kcal = glukosa 150
gram
600
kcal = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan
hiperglikemia. Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan
seminggu sekali. Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara
teratur.
Contoh:
Hari I : (masa stabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau
Ringer Asetat)
Hari
II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:
Cairan : 2000
cc
Asam amino : 17,5 gram
Energi
: 870 kcal
Na+
: 30,8 mEq
K+
: 15 mEq
Osmolaritas : 745 mOsm
Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium.
Untuk itu dapat ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data
laboratorium, sedangkan natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc yang
mengandung 105 mEq Na+. NaCl 3%=513 mEq Na+/L
Hari III :
Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000 cc +
Ivelip 10% 100 cc.
Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu
diingat larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan
demikian dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan
selang seling. Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai
dengan komposisi berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk
osmolaritasnya.
E.
JENIS-
JENIS NUTRISI PARENTERAL
·
Lemak
Lipid
diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena perifer .
Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak.
Sebagian besar berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya
adalah linoleic, oleic, palmitic, linolenic,dan stearic acids.
Ketika
menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu ke dalam larutan
emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah menjadi lapisan
lapisan atau berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan kembalikan ke
farmasi, jangan menggunakan IV filter karena partikel di emulsi lemak terlalu
besar untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2 μm atau lebih besar digunakan
untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter.
Gunakan
lubang angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan botol kaca.
Berikan TPN ini pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign setiap 10
menit dan observasi efek samping pada 30 menit pertama pemberian. Jika
ada reaksi yang tidak diharapkan , segera hentikan pemberian dan beritahu
dokter. Tetapi jika tidak ada reaksi yang tidak diharapkan, lanjutkan kecepatan
pemberian sesuai resep. Monitor serum lipid 4 jam setelah penghentian pemberian,
serta monitor terhadap tes fungsi hati, untuk mengetahui kegagalan fungsi hati
dan ketidakmampuan hati melakukan metabolism lemak.
Pemberian
lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam
linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama
pada kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam program
nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak
rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik
bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml
emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu.
·
Karbohidrat
Beberapa
jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan jalur
metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose, xylitol. Tidak
seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk
menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak
memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses intraselluler mutlak
masih memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses
intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat
kurang baik.
Oleh
karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :
1) Glikosa (
Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2) Fruktosa /
Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
3) Xylitol /
maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran
GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah dengan
perbandingan GEX = 4:2:1
·
Protein/ Asam Amino
Selain
kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih memerlukanasam
amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein. Pemberian protein /
asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu pemberian protein /
asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan
ini tidak dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan memberikan asam
amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan
perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen atau 25
kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut
dalam perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram
asam amino atau protein jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram /
hari maka diperlukan karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau
300 gram.
·
Mikronutrien dan Immunonutrien
Pemberian
calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari,
masing-masing:
1) Calcium : 0,2 –
0,3 meq/ kg BB/ hari
2) Magnesium : 0,35
– 0,45 meq/ kg BB/ hari
3) Fosfat : 30 – 40
mmol/ hari
4) Zink : 3 – 10
mg/ hari
Tiga grup
nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah:
1) Amino acids (arginine,
glutamin, glycin )
2) Fatty acid.
3) Nucleotide.
Nutrient –
nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang peran penting dalam
proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan mencegah proses inflamasi
kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan yang pada pasien-pasien critical
ill sangat menurun. Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas, saat ini
ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama Immune Monulating Nutrition (IMN
) atau immunonutrition.
Contoh larutan mikronutrien
standar:
Elemen dasar
|
Jumlah
|
Zinc
|
5 mg
|
copper
|
1 mg
|
manganese
|
0.5 mg
|
chromium
|
10 mcg
|
selenium
|
60 mcg
|
iodide
|
75 mcg
|
F.
TUJUAN PEMBERIAN
NUTRISI PARENTERAL
Adapun tujuan
pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:
Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui
intravena, karena tidak memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses
pencernaan makanan.
Total Parenteral Nutrition (TPN)
digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat, pancreatitis ,inflammatory
bowel syndrome, inflammatory bowel disease,ulcerative colitis,acute renal
failure,hepatic failure,cardiac disease, pembedahan dan cancer.
Mencegah lemak subcutan dan otot
digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme energy.
Mempertahankan kebutuhan nutrisi
Pemberian dari
nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis, yakni:
Ã
Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi
kebutuhan nutrisinya,kekurangan kalori dan nitrogen dapat terjadi.
Ã
Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses
glukoneogenesis akan berlangsung dalam tubuh untuk mengubah protein menjadi
karbohidrat.
Ã
Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500
kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata dewasa untuk mencegah protein dalam tubuh
untuk digunakan.
Ã
Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien
dengan penyakit hipermetabolisme,fever,injury,membutuhkan kalori sampai dengan
10.000 kalori/hari.
Ã
Proses
ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi yang langsung ke dalam
system intravena yang secara cepat terdilusi menjadi nutrisi yang tepat sesuai
toleransi tubuh.
G.
INDIKASI
NUTRISI PARENTERAL
Indikasi
dari nutrisi parenteral sebagai berikut :
a. Gangguan
absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal,
colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan
seperti pada pancreatitis berat, status pre operatif dengan malnutrisi berat,
angina intestinal, diare berulang.
c. Gangguan
motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d. Makan,
muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum (Wiryana,
2007).
H. KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN MENGENAI
NUTRISI PARENTERAL
a.
Menggunakan vena perifer untuk
cairan pekat.
Osmolritas
plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900
mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah terjadi
tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya
digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah
besar dan t cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak
dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka
sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan
demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan
osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak
boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan resiko
teromboemboli yang tinggi.
b.
Memberikan protein tampa kalori
karbohidrat yang cukup
Sumber
kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit
mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan
deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam
amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi
pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam amino
tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap
gram Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen
setara 6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal =
1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak
ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam amino jika
kebutuhan kalori belum dipenuhi.
c.
Tidak melakukan perawatan aseptik
Penyulit
trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi
infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang
terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infuse.
I.
CONTOH SEDIAAN
a.
Nutrisi Parenteral Total
1.
Clinimix N9G15E
Larutan
steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam satu kantong dengan
dua bagian: satu berisi larutan asam amino dengan elektrolit, bagian yang lain
berisi glukosa dengan kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845
2.
Minofusin Paed
larutan
asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan vitamin, terutama
untuk anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi parenteral pada prematur
dan bayi. Memberi protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di
mana pemberian peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan, kasus di mana
kebutuhan protein meningkat, defisiensi protein atau katabolisme protein. Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:
L-Isoleusin
|
2.511 g
|
L-Leusin
|
2.790 g
|
L-Lisin
|
2.092 g
|
L-Metionin
|
0.976 g
|
L-Fenilalanin
|
1.813 g
|
L-Treonin
|
1.743 g
|
L-Triptofan
|
0.558 g
|
L-Valin
|
2.092 g
|
L-Arginin
|
3.487 g
|
L-Histidin
|
0.698 g
|
L-Alanin
|
9.254 g
|
L-Aspartic acid
|
4.045 g
|
N-Acetyl-L-cysteine
|
0.160 g
|
L-Glutamic acid
|
9.500 g
|
Glisin
|
3.845 g
|
L-Prolin
|
4.185 g
|
N-Acetyl-L-tyrosine
|
0.344 g
|
Nicotinamide
|
0.060 g
|
Piridoksin
hidroklorida
|
0.040 g
|
Riboflavin-5′-phosphate
sodium salt
|
0.0025 g
|
Kalium hidroksida
|
1.403 g
|
Natrium hidroksida
|
1.200 g
|
Kalsium klorida
|
0.735 g
|
Magnesium asetat
|
b.
Nutrisi Parenteral parsial
1.
Cernevit
adalah
preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak (kecuali vitamin K)
dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic acid dan lecithin). Mengingat
kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin berkurang karena berbagai situasi stress
(trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat memperlambat proses
penyembuhan. Composition
Setiap vial
mengandung:
Retinol
Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220 IU, DL
alphatocopherol 10.200 mg ,Amount corresponding to alphatocopherol 11.200
IU,Asam Askorbat 125.000 mg, Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount
corresponding to thiamine 3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate
5.670 mg ,Amount corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride
5.500 mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine 0.006
mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount corresponding to
Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide 46.000 mg, Glisin
250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500 mg, Sodium
hydroxide q.s. pH=5.9.
J. METODE PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
1.
Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui
intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di penuhi
melalui enteral. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau
cairan asam amino
- Nutrisi
parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika
kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan
yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti
Triofusin E1000, cairan yang mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan
cairan yang mengandung lemak seperti Intralipid
- Lokasi
pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat melalui
vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena
jugularis interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral
melalui perifer dapat dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan
kaki.
K. REKOMENDASI
JADWAL PEMANTAUAN PASIEN YANG MENDAPAT NUTRISI PARENTERAL
ALP,
alkaline phosphatase; ALT, alanine transaminase; AST, aspartate transaminase;
BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood count
Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil. Setelah stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.
Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum stabil. Setelah stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.
Hiperglikemia
Hiperglikemia
adalah petanda independen dari prognosis buruk dalam berbagai setting klinis,
termasuk sindrom koroner akut, bedah jantung, dan persalinan.
Pada
pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh glukosa parenteral
bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. Jika laju ini diterjemahkan
kedalam ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa 10%/kg/jam atau
3.2 ml glukosa 7.5% /kg/jam.
Oleh karena itu, larutan parenteral yang mengandung
glukosa 7.5% (misal Aminofluid®) tidak akan menginduksi
hiperglikemia pada pasien 60 kg sepanjang laju pemberian 80 ml/jam (yang
jauh di bawah maksimum 192 ml/jam).
Risiko
hiperglikemia meningkat dengan obat-obat : kortikosteroid, gatifloxacin,
atypical antipsychotics (dengan pengecualian Abilify®),
protease inhibitors, diuretik tiazid, niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan
obat-obat injeksi yang dicampur ke larutan dekstrosa.
Hipertrigliseridemia
Pasien-pasien
yang mendapat TPN perlu pemantauan kadar plasma lipid (trigliserida) yang
diukur sebelum dan selama memulai TPN. Ini memiliki kepentingan khusus pada
pasien yang memiliki risiko tinggi untuk gangguan bersihan lemak, misal
hiperlipidemia, diabetes, sepsis, atau pasien dengan gangguan fungsi ginjal
atau hati, dan pasien sakit kritis.
Sekarang
ini ada kecenderungan meningkatkan rasio glukosa: lemak dari 50:50 menjadi
60:40 atau bahkan 70:30 total NPC, karena masalah-masalah yang dijumpai
mengenai hiperlipidemia dan perlemakan hati, yang kadang-kadang diikuti oleh
kolestasis dan pada sebagian pasien dapat berlanjut menjadi steatohepatitis
non-alkoholik(Grade C).
Kerugian-kerugian
yang tepat dari perlemakan hati dan hipertrigliseridemia belum diketahui. Pada
kepustakaan dipastikan bahwa hipertrigliseridemia merupakan faktor risiko untuk
berkembangnya arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi lemak yang berisi
trigliserida rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT)) mengurangi
kemampuan relaksasi pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa infus lemak
bisa mengganggu respons imun tidak didukung oleh meta-analisis terbaru. Namun,
banyak ahli menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih dari 5
mmol/dL, walaupun data yang mendukung kurang. Bila kadar ini dicapai
dianjurkan oleh banyak ahli di bidang ini untuk mengurangi kandungan lemak
(terutama omega-6) pada nutrisi parenteral atau untuk sementara menghentikan
lemak. Pada kasus defisit energi tidak dianjurkan menambah glukosa lebih banyak
karena ini bisa melampaui kapasitas oksidasi pasien.
L.
PENGHENTIAN NUTRISI PARENTAL
Penghentian
nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk mencegah
terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah mundur
menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan kandungan
subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah
kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Nutrisi
Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung
melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi parenteral
tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal.
Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric
feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi
parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman yang tepat. Karena
tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka
selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang berlebihan.
Nutrisi parenteral
tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal.
Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric
feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna. Nutrisi parenteral
dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman diatas. Karena tubuh
penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan mekanisme baru maka selama
penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar